Nama: Tsuraya Farah Khansa
W.
NPM: 17512491
Kelas: 3PA06
a. Konsep dasar
Terapi person-centered bersandar pada asumsi bahwa setiap
orang memiliki motif aktualisasi diri. Motif ini didefinisikan sebagai
kecenderungan yan melekat pada semua orang (dan pada semua organism) untuk
mengembangkan kapasitas-kapasitasnya dalam cara-cara yang berfungsi untuk
mempertahankan atau meningkatkan orang itu (Rogers, 1959). Rogers berpendapat
bahwa seorang terapis tidak boleh membuat sugesti-sugesti atau
penafiran-penafsiran dalam terapi karena dalam pandangan motif aktualisasi akan
menuntun pasien dengan sangat baik.
Berikut ini akan diberikan definisi-definisi dan konsep-konsep
lain yang penting dalam terapi person-centered.
1. Self concept (konsep diri) mengenai konsepsi
seseorang tentang dirinya.
2. Ideal self (diri ideal) mengenai self concept yang ingin dimiliki seseorang
(seseorang ingin menjadi apa).
3. Ketidakselarasan (incongruence) antara diri dan pengalaman yaitu suatu
celah yang ada antara self-concept seseorang dan apa yang dialaminya. Misalnya,
seorang individu mungkin mempersepsikan dirinya sebagai orang yang ramah,
menarik, dan suka bergaul, tetapi ketika berada bersama dengan orang lain
mungkin dia merasa terabaikan. Bias terjadi celah seperti itu, maka orang
tersebut akan menjadi tegang, bingung, dan cemas.
4. Ketidakmampuan
menyesuaikan diri secara psikologis (psychological
maladjustment). Hal ini terjadi bila seseorang menyangkal atau
mendistoraikan pengalaman-pengalaman yang penting. Orang yang tidak mampu
menyesuaikan diri secara psikologis adalah orang yang mengalami
ketidakselarasan antara dirinya dan pengalaman.
5. Keselarasan
antara diri dan pengalaman. Konsep seseorang tentang dirinya sendiri sesuai
dengan apa yang dialaminya.
6. Kebutuhan
akan penghargaan positif (need for positive
regard). Kebutuhan untuk dihargai dan dihormati oleh orang lain.
7. Kebutuhan
akan harga diri (need for self
regard). Kebutuhan untuk menghargai diri sendiri.
b. Unsur-unsur
terapi
Orang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik adalah oran yang
memilih dan bertindak sesuai dengan nilai-nilai dan kebutuhan-kebutuhan
pribadinya. Pendekatan humanistic Rogers terhadap terapi – person centered
therapy – membantu pasien
untuk lebih menyadari dan menerima dirinya yang sejati dengan menciptakan
kondiri-kondisi penerimaan dan penghargaan dalam hubungan terapeutik. Rogers
berpendapat bahwa terapis tidak boleh memaksakan tujuan-tujuan atau nilai-nilai
yang dimilikinya kepada pasien.
Terapis memantulkan perasaan-perasaan yang diungkapkan pasien
untuk membantunya berhubungan dengan perasaan-perasaan yang lebih dalam dan
bagian-bagian dari dirinya dan tidak diakui karena tidak diterima oleh
masyarakat. Terapis memantulkan kembali atau menguraikan dengan kata-kata apa
yang diungkapkan pasien tanpa memberikan penilaian.
c. Teknik-teknik terapi
Rogers mengemukakan enam syarat dalam proses terapi person-centered yang harus dipenuhi oleh terapi.
Rogers menyatakan bahwa pasien akan mengadakan respons jika: (1) Terapis
menghargai tanggung jawab pasien terhadap tingkah lakunya sendiri; (2) Terapis
mengakui bahwa pasien dalam dirinya sendiri memiliki dorongan yang kuat untuk
menggerakkan dirinya ke arah kematangan (kedewasaan) serta independensi, dan
terapis menggunakan kekuatan ini dan bukan usaha-usahanya sendiri; (3)
Menciptakan suasana yang hangat dan memberikan kebebasan yang penuh dimana
pasien dapat mengungkapkan atau juga tidak mengungkapkan apa saja yang
diinginkannya; (4) Membatasi tingkah laku tetapi bukan sikap, misalnya pasien
mungkin mengungkapkan keinginanya untuk memperpanjang pertemuan melampaui batas
waktu yang telah disetujui, tetapi terapi tetap mempertahankan jadwal semula;
(5) Terapis membatasi kegiatannya untuk menunjukkan pemahaman dan penerimaannya
terhadap emosi-emosi yang sedang diungkapkan pasien yang mungkin dilakukannya
dengan memantulkan kembali dan menjelaskan perasaan-perasaan pasien; serta (6)
Terapis tidak boleh bertanya, menyelidiki, menyalahkan, memberikan penafsiran,
menasihati, mengajarkan, membujuk, dan meyakinkan kembali.
Daftar Pustaka
Semiun, Yustinus. (2006). Kesehatan Mental 3.
Yogyakarta: Kanisius.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar