Kamis, 16 April 2015

Analisis Transaksional

Nama : Tsuraya Farah Khansa W.
NPM: 17512491
Kelas: 3PA06

a.       Konsep dasar
Analisis transaksional adalah suatu pendekatan psikoterapeutik yang sangat dapat diterapkan dalam praktik pekerjaan sosial klinis. Analisis transaksional—gagasan Eric Berne (1990-1970)—merupakan suatu pendekatan untuk mensistematisasi, menganalisis, dan mengubah saling pengagruh di antara manusia, yang menekankan interaksi keduanya (antara diri dan manusia lain) dan kesadaran internal (regulasi diri dan ekspresi diri).
Tinjauan teoritik tentang analisis transaksional dikaitkan dengan suatu pendekatan yang mengaitkan internal (intrapsikis) dengan interpersonal dan relasional. Pada intinya, makna analisis transaksional adalah untuk memperkaya kemampuan-kemampuan menghadapi (coping) dan mengatur (regulatory) situasi yang paling dalam dan interaksi kehidupan nyata.
Analisis transaksional dibagi ke dalam kategori-kategori sebagai berikut:
1.      Keadaan ego (ego states)
2.      Transaksi (transactions)
3.      Permainan dan drama segitiga (games and the rama triangle)
4.      Naskah (scripts)
5.      Gerakan dan lakon cerita (strokes dan scriptwork)
6.      Posisi kehidupan (life positions)
7.      Perintah dan keputusan ulang naskah (script injunctions and redecision).

b.      Unsur-unsur terapi
Karena tujuan utama Berne ialah untuk menyelenggarakan terapi secara lebih efektif, ia memulai dengan mengkonstruksikan suatu skema yang mengorgaisasikan dan mengklasifikasikan data kasar yang timbul selama kegiatan terapi. Komponen dasar modelnya ialah “keadaan ego” (ego states). Keadaan ego didefinisikan sebagai “realitas ego yang benar-benar dialami oleh seseorang secara mental dan fisik” pada waktu tertentu.
Jelaslah bahwa seseorang dapat mengalami baik keadaan ego pada saat ini maupun pemutaran ulang (a reply) suatu pengalaman dini seseorang dari masa anak-anak. Perbedaannya dengan psikoanalisis adalah bahwa menurut Freud, ego ialah konsep teoritik; menurut Berne, “keadaan ego diperlihatkan dan dialami secara langsung” dan ketiga keadaan ego tersebut merupakan bagian dari ego.
c.       Teknik-teknik terapi

Analisis transaksional menekankan beberapa kepercayaan tentang sifat semula jadi manusia. Sebagai contoh seseorang dilahirkan mempunyai keupayaan positif untuk membesar dan berkembang, tetapi potensi ini mestilah diusahakan supaya menjadi kenyataan. Dengan kata lain, individu menyusun masa mereka untuk memperoleh stock (pengiktirafan lisan atau bukan lisan) dalam lima cara utama:
a.       Menarik diri
b.      Melakukan
c.       Masa lepas
d.      Bekerja
e.       Bermain.
Terapi analisis menekankan aspek kognitif dan pembelajaran melalui penglibatan dengan cara interaksi antara kaunselor dengan ahli dalam kelompok. Untuk mendapatkan keberkesanan kaunseling kelompok, ahli kelompok haruslah memahami konsep asas terapi analisis transaksional seperti ego, strok, dan skrip, serta bersedia berkongsi pengalaman lepas dan keadaan sekarang kepada semua ahli dalam kelompok. Pengetahuan yang diperoleh ini membolehkan ahli kelompok dapat berpikir, merasai, dan mengubah kelakuam kepada yang lebih positif.

Daftar Pustaka

Mustafa, M.S., Ahmad, R., Kadir, H.A. (2006) Teori praktis dan kaunseling kelompok kontemporari. Kuala Lumpur: Universiti Teknologi Malaysia.

Rabu, 15 April 2015

Logoterapi


Nama:  Tsuraya Farah Khansa W.
NPM: 17512491
Kelas:  3PA06

a.       Konsep dasar

      Viktor Frankl mengembangkan logoterapi yaitu corak psikologi yang diandasi oleh filsafat hidup dan wawasan mengenai manusia yang mengakui adanya dimensi kerohan, disamping dimensi ragawi dan dimensi kejiwaan (termasuk dimensi sosial). Logoterapi beranggapan bahwa makna hidup (the meaning of life) dan hasrat untuk hidup bermakna (the will to meaning).

       Logoterapi memiliki wawasan mengenai manusia yang berlandaskan tiga pilar filosofis yang satu dengan lainnya erat berhubungan dan saling berkaitan, yaitu kebebasan berkehendak, kehendak hidup berwarna, dan makna hidup.

1.      Kebebasan berkehendak (freedom of will)
      Dalam pandangan logoterapi manusia adalah makhluk yang istimewa karena mempunyai kebebasan. Kebebasan disini bukanlah kebebasan yang mutlak, tetapi kebebasan yang bertanggung jawab. Kebebasan manusia bukanlah kebebasan dari (freedom from) kondisi-kondisi biologis, psikologis, dan sosiokutural tetapi lebih pada kebebasan untuk mengambil sikap (freedom to take a stand)atas kondisi-kondisi tersebut.
     
      Kelebihan manusia yang lain adalah kemampuannya untuk mengambil jarak terhadap kondisi di luar dirinya, bahkan manusia juga mempunyai kemampuan mengambil jarak terhadap dirinya sendiri (self detachment). Kemampuan-kemampuan inilah yang kemudian membuat manusia disebut sebagai “the self determing being” yang berarti manusia mempunyai kebebasan untuk menentukan sendiri apa yang dianggap penting dalam hidupnya.

2.      Kehendak hidup bermakna (the will to mening)
      Menurut Frankl, motivasi hidup manusia yang utama adalah mencari makna ini berbeda dengan psikoanalisa yang memandang manusia adalah pencari kesenangan, atau juga pandangan psikologi individual bahwa manusia adalah pencari kekuasaan.

3.      Makna hidup (the meaning of life)
      Makna hidup adalah sesuatu yang dianggap penting, benar dan didambakan serta memberikan nilai khusus bagi seseorang. Untuk tujuan praktis makna hidup dianggap identik dengan tujuan hidup. Adapun karakteristik makna hidup adalah:
     ·         Unik dan personal
     ·         Spesifik dan konkrit
     ·         Memberi pedoman dan arah.
     ·         Pendalaman dan pemahaman tri-nilai
     ·         Ibadah


b.      Unsur-unsur terapi

        Logoterapi adalah suatu tipe terapi eksistensial yang bertujuan untuk membantu orang-orang akna adalah kehidupan mereka. Menurut Frank, pencarian makna dalam hidup merupakan akar atau sumber dari usaha manusia dan pencarian itu berada pada tingkat intelektual dan bukan pada tingkat instingtif. “makna” adalah milik individu, unik bagi sang pribadi dalam situasinya pada suatu momen tertentu dan berbeda dengan nilai-nilai yang dimiliki oleh banyak orang.

        Logoterapi juga berurusan dengan penyadaran manusia tterhadap tanggung jawabnya karena tanggung jawab merupakan dasar yang hakiki bagi keberadaan manusia.  Peran terapis dalam logoterapi adalah menjaga hubungan yang akbrab dan pemisahan ilmiah, mengendalikan filsafat pribadi, terapis bukan guru atau pengkhotbah, memberi makna lagi pada penderita, dan untuk memberi makna pada hidup dan menekankan makna kerja dan cinta.
     
c.       Teknik-teknik terapi

         Neurosis kecemasan dan keadaan fobia ditandai oleh kecemasan antisipatori yang menimbulkan kondisi yang ditakuti pasien. Terjadinya kondisi tersebut kemudian memperkuat kecemasan antisipatori yang mengakibatkan lingkaran setan sehingga pasien menghindar atau menarik diri dari situasi-situasi tersebut, dimana ia merasa bahwa kecemasannya akan terjadi. Dalam kasis-kasus yang menyangkut antisipatori, teknik logoterapi yang disebut intense paradoksial (paradoxical intention) sangat berguna.

        Sebaliknya, perhatian dan observasi diri yang berlebih-lebihan ditangani dengan teknik logoterapi lain, yakni derefleksi (dereflexion). Dengan teknik derefleksi, pasien diberi kemungkinan untuk mengabaikan neurosisnya dan memusatkan perhatian pada sesuatu yang terlepas dari dirinya. Di pihak lain, pasien yang mengalami kasus yang tidak bias disembuhkan dan nasib bburuk yang tidak bias diubah, maka perhatian pasien diarahkan kepada unsure rohani dan didorong supaya pasien menemui nilai sikap. Teknik logoterapi ini dinamakan bimbingan rohani (spiritual ministry).
           
Daftar Pustaka

DS, Rendro. (2010). Beyond Borders: Communication Modernity & History. Jakarta: STIKOM The     London School of Public Relations.
Semiun, Yustinus. (2006). Kesehatan Mental 1. Yogyakarta: Kanisius.

Sabtu, 11 April 2015

Person Centered Therapy (Rogers)


Nama:  Tsuraya Farah Khansa W.
NPM:   17512491
Kelas:  3PA06 

a.       Konsep dasar

        Terapi person-centered bersandar pada asumsi bahwa setiap orang memiliki motif aktualisasi diri. Motif ini didefinisikan sebagai kecenderungan yan melekat pada semua orang (dan pada semua organism) untuk mengembangkan kapasitas-kapasitasnya dalam cara-cara yang berfungsi untuk mempertahankan atau meningkatkan orang itu (Rogers, 1959). Rogers berpendapat bahwa seorang terapis tidak boleh membuat sugesti-sugesti atau penafiran-penafsiran dalam terapi karena dalam pandangan motif aktualisasi akan menuntun pasien dengan sangat baik.

     Berikut ini akan diberikan definisi-definisi dan konsep-konsep lain yang penting dalam terapi person-centered.

1.      Self concept (konsep diri) mengenai konsepsi seseorang tentang dirinya.
2.      Ideal self (diri ideal) mengenai self concept yang ingin dimiliki seseorang (seseorang ingin menjadi apa).
3.      Ketidakselarasan (incongruence) antara diri dan pengalaman yaitu suatu celah yang ada antara self-concept seseorang dan apa yang dialaminya. Misalnya, seorang individu mungkin mempersepsikan dirinya sebagai orang yang ramah, menarik, dan suka bergaul, tetapi ketika berada bersama dengan orang lain mungkin dia merasa terabaikan. Bias terjadi celah seperti itu, maka orang tersebut akan menjadi tegang, bingung, dan cemas.
4.      Ketidakmampuan menyesuaikan diri secara psikologis (psychological maladjustment). Hal ini terjadi bila seseorang menyangkal atau mendistoraikan pengalaman-pengalaman yang penting. Orang yang tidak mampu menyesuaikan diri secara psikologis adalah orang yang mengalami ketidakselarasan antara dirinya dan pengalaman.
5.      Keselarasan antara diri dan pengalaman. Konsep seseorang tentang dirinya sendiri sesuai dengan apa yang dialaminya.
6.      Kebutuhan akan penghargaan positif (need for positive regard). Kebutuhan untuk dihargai dan dihormati oleh orang lain.
7.      Kebutuhan akan harga diri (need for self regard). Kebutuhan untuk menghargai diri sendiri.

b.      Unsur-unsur terapi

      Orang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik adalah oran yang memilih dan bertindak sesuai dengan nilai-nilai dan kebutuhan-kebutuhan pribadinya. Pendekatan humanistic Rogers terhadap terapi – person centered therapy – membantu pasien untuk lebih menyadari dan menerima dirinya yang sejati dengan menciptakan kondiri-kondisi penerimaan dan penghargaan dalam hubungan terapeutik. Rogers berpendapat bahwa terapis tidak boleh memaksakan tujuan-tujuan atau nilai-nilai yang dimilikinya kepada pasien.

    Terapis memantulkan perasaan-perasaan yang diungkapkan pasien untuk membantunya berhubungan dengan perasaan-perasaan yang lebih dalam dan bagian-bagian dari dirinya dan tidak diakui karena tidak diterima oleh masyarakat. Terapis memantulkan kembali atau menguraikan dengan kata-kata apa yang diungkapkan pasien tanpa memberikan penilaian.

c.       Teknik-teknik terapi

      Rogers mengemukakan enam syarat dalam proses terapi person-centered yang harus dipenuhi oleh terapi. Rogers menyatakan bahwa pasien akan mengadakan respons jika: (1) Terapis menghargai tanggung jawab pasien terhadap tingkah lakunya sendiri; (2) Terapis mengakui bahwa pasien dalam dirinya sendiri memiliki dorongan yang kuat untuk menggerakkan dirinya ke arah kematangan (kedewasaan) serta independensi, dan terapis menggunakan kekuatan ini dan bukan usaha-usahanya sendiri; (3) Menciptakan suasana yang hangat dan memberikan kebebasan yang penuh dimana pasien dapat mengungkapkan atau juga tidak mengungkapkan apa saja yang diinginkannya; (4) Membatasi tingkah laku tetapi bukan sikap, misalnya pasien mungkin mengungkapkan keinginanya untuk memperpanjang pertemuan melampaui batas waktu yang telah disetujui, tetapi terapi tetap mempertahankan jadwal semula; (5) Terapis membatasi kegiatannya untuk menunjukkan pemahaman dan penerimaannya terhadap emosi-emosi yang sedang diungkapkan pasien yang mungkin dilakukannya dengan memantulkan kembali dan menjelaskan perasaan-perasaan pasien; serta (6) Terapis tidak boleh bertanya, menyelidiki, menyalahkan, memberikan penafsiran, menasihati, mengajarkan, membujuk, dan meyakinkan kembali.

Daftar Pustaka

Semiun, Yustinus. (2006). Kesehatan Mental 3. Yogyakarta: Kanisius.

Terapi Humanistik Eksistensial


Nama:  Tsuraya Farah Khansa W.
NPM:   17512491
Kelas:  3PA06


a.       Konsep dasar

Pandangan humanistik-eksistensial adalah suatu pandangan yang agak baru untuk memahami tingkah laku abnormal dan dalam banyak hal dikembangkan sebagai reaksi melawan pandangan-pandangan lain. Para humanis dan eksistensialis mengemukakan bahwa manusia adalah makhluk sadar yang memiliki secara bebas tindakan-tindakannya, dan karena pilihannya yang bebas itu maka setiap manusia berkembang sebagai seorang yang unik. Pendukung dari pandangan ini juga mengemukakan bahwa untuk memahami tingkah laku seseorang sangat penting melihat atau mengalami dunia dari segi pandangannya sendiri karena tingkah lakunya disebabkan oleh pilihan sadarnya dan pilihan itu dipengaruhi oleh persepsi pribadinya tentang situasi.
     
Karena penekanan diletakkan pada pentingnya persepsi untuk menentukan tingkah laku, maka pandangan humanistik-eksistensial kadang-kadang disebut pendekatan fenomenologis. Fenomenologis adalah pendekatan yang bertolak dari gagasan bahwa pengetahuan diperoleh melalui pengalaman dan bukan melalui pikiran dan ituisi.

b.      Unsur-unsur teori

Dalam pandangan eksistensial-humanistik, penderita yang neurotik adalah orang yang kehilangan perasaan berada dan kehilangan perasaan berada ini menimbulkan depresi. Tugas utama terapis adalah membantu penderita agar ia menyadari keberadaannya di dunia ini. Tujuan terapi adalah membantu penderita supaya ia memperoleh atau menemukan kemanusiaan yang hilang. Dengan kata lain, terapis eksistensial-humanistik membantu memperluas kesadadaran diri penderita, dan karenanya meningkatkan kesanggupan pilihanya, yakni menjadi bebas dan bertanggung jawab terhadap arah hidupnya sendiri. Penerimaan tanggung jawab itu bukan sesuatu yang mudah dan banyak orang merasa takut akan beratnya tanggung jawab terhadap menjadi apa dia sekarang dan akan menjadi apa dia selanjutnya.

 Penderita harus memilih, misalnya, akan tetapi berpegang pada kehidupan yang dikenalnya atau akan membuka diri kepada kehidupan yang kurang pasti dan lebih menantang. Justru karena tidak adanya jaminan-jaminan dalam kehidupan, maka penderita mengalami kecemasan yang pada akhirnya menimbulkan depresi. Oleh karena itu, terapis eksistensial-humanistik membantu penderita agar mampu menghadapi kecemasan sehubungan dengan tindakan-tindakan memilih diri dan menerima kenyataan bahwa dirinya lebih dari sekedat korban kekuatan-kekuatan deterministik di luar dirinya.

c.       Teknik-Teknik Terapi

1.      Klien didorong agar bersemangat untuk lebih dalam meberikan klien pemahaman baru dan restrukturisasi nilai dan sikap mereka untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dan dianggap pantas.
2.      Klien dibantu dalam mengidentifikasi dan mengklarifikasi asumsi mereka terhadap dunia.
3.      Klien diajak mendefinisikan cara pandang agar eksistensi mereka diterima.
4.      Klien diajak untuk berfokus untuk bisa melaksanakan apa yang telah mereka pelajari tentang diri mereka, kemudian klien didorong untuk mengaplikasikan nilai barunya dengan jalan yang konkrit, klien biasanya akan menemukan kekuatan untuk menjalani eksistensi kehidupannya yang memiliki tujuan.


Daftar Pustaka:

Semiun, Yustinus. (2006). Kesehatan Mental 1. Yogyakarta: Kanisius.
Semiun, Yustinus. (2006). Kesehatan Mental 2. Yogyakarta: Kanisius.
Semiun, Yustinus. (2006). Kesehatan Mental 3. Yogyakarta: Kanisius.

Kamis, 09 April 2015

Teori Psikoanalisis


Nama:  Tsuraya Farah Khansa W.
NPM:   17512491
Kelas:  3PA06

a.       Konsep Dasar

Menurut Freud, kehidupan mental terbagi menjadi dua tingkat, alam tidak sadar dan alam sadar. Alam tidak sadar terbagi menjadi dua tingkat, alam tidak sadar dan alam bawah sadar. Alam tidak sadar (unconscious) menjadi tempat bagi segala dorongan, desakan, maupun insting yang tak kita sadari tetapi ternyata mendorong perkataan, perasaan, dan tindakan kita. Alam bawah sadar (preconscious) memuat semua elemen yang tidak disadari, tetapi bias muncul dalam kesadaran dengan cepat atau agak sukar. Isi alam bawah sadar ini datang dari dua sumber, yang pertama adalah persepsi sadar. Apa yang dipersepsikan orang secara sadar dalam waktu singkat, akan segera masuk ke dalam bawah sadar selagi focus perhatian beralih ke pemikiran lain.
Sumber kedua dari gambaran-gambaran adalah alam tidak sadar. Freud yakin bahwa pikiran bisa menyelinap dari sensor yang ketat dan masuk kea lam bawah sadar dalam bentuk yang tersembunyi. Alam sadar (conscious) didefinisikan sebagai elemen-elemen mental yang setiap saat berada dalam kesadaraan. Ada dua pintu yang dapat dilalui oleh pikiran agar bias masuk ke alam sadar. Pintu pertama adalah melalui system kesadaran perceptual yaitu terbuka pada dunia luar dan berfungsi sebagai perantara bagi persepsi kita tentang stimulus dari luar. Sumber kedua datang dari dalam struktur mental dan mencakup gagasan-gagasan tidak mengancam yang dating dari alam bawah sadar maupun gambaran-gambaran yang membuat cems, tetapi terselubung dengan rapi yang berasal dari alam tidak sadar.
            Bagi Freud, bagian yang paling primitive dan pikiran adalah das Es atau “sesuatu”/”itu” (it), yang hamper selalu diterjemahkan sebagai id, yaitu fungsinya adalah untuk memperoleh kepuasan sehingga kita menyebutnya sebagai prinsip kesenangan ( pleasure principle).bagian kedua adalah  das Ich, atau’saya (I), yang diterjemahkan sebagai ego, adalah satu-satunya wilayah pikiran yang memiliki kontak dengan realita. Ego dikendalikan oleh prinsip kenyataan(reality principle),yang berusaha menggantikan prinsip kesenangan milik id. Dan yang terakhir adalah das Uber-Ich atau “ saya yang lebih” (over-i) yang dalam bahasa inggris disebut sebagai superego yang dikendalikan oleh prinsip-prinsip  moralistis dan idealis yang berbeda dengan prinsip kesenangan dari id dan prinsip realistis dari ego.
            Menurut Freud, manusia termotivasi untuk mencari kesenangan serta menurunkan ketegangan dan kecemasan. Motivasi ini diperoleh dari r psikis dan fisik dari dorongan-dorongan dasar yang mereka miliki. Berbagai macam dorongan bias digolongkan berdasarkan dua kategori, yaitu seks atau eros dan agresi, distraksi atau thanatos. Dorongan-dorongan ini bermuasal pada id, tetapi berada dibawah kendali ego. Masing-masing dorongan memiliki bentuk energi psikis masing-masing. Freud menggunakan istilah libido untuk dorongan seks, sedangkan energy untuk dorongan agresi tidak diberi nama.
            Freud pertama kali mengembangkan tentang mekanisme pertahanan diri (defence mechanisms) pada tahun 1926. Mekanisme-mekanisme pertahanan untama yang diidentifikasi oleh Freud mencakup represi, pembentukan reaksi, pengalihan, fiksasi, proyeksi, regresi, introyeksi,  dan sublimasi. Freud juga membagi tahap perkembangan psikoseksual menjadi lima yaitu fase Oral, fase Anal, fase Falik, fase Phalik, dan fase Genital.

b.      Unsur-unsur terapi
     
       Freud mengemukakan bahwa tujuan psikoanalisis adalah memperkuat ego, membuatnya lebih independen dari superego, memperlebar medan persepsinya, memperluas organisasinya sehingga ia dapat memiliki bagian-bagian yang segar dari id. Psikoanalisis dapat membantu memancarkan terang kesadaran (yang diwakili oleh ego sadar) pada pekerjaan-pekerjaan id. Namun, Freud tidak mengharapkan dan juga tidak bertujuan bahwa klien harus berusaha menyadari semua bahan yang direpresikan—semua impuls, hasrat,ketakutan, dan ingatan. Tujuannya adalah hanya untuk menggantikan tingkah laku defensive dengan tingkah laku yang lebih adaptif.    Freud menggunakan terapi psikoanalisi untuk membantu klien memperoleh pemahaman mengenai konflik-konflik tak sadar dan memecahkannya. Apabila metode-metode yang digunakan oleh terapi psikoanalisitik mulai mengembangkan dalam diri pasien suatu pemahan baru terhadap kekuatan-kekuatan kepribadiannya, amak proses psikoanalitik sudah berada pada jalan menciptakan penyeusian diri yang berhasil dari pasien terhadap lingkungannya. Dengan bekerja melalui konflik-konflik ini ego akan dibebaskan dari dorongan untuk mempertahankan tingkah laku defensive-seperti fobia, tingkah laku obsesif-kompulsif, keluhan histerikal, dan sebagainya.

c.       Teknik-teknik terapi

Metode utama yang digunakan Freud untuk mencapai tujuan psikoanalisis adalah
1.      Penggunaan asosiasi bebas secara sistematis dan analisis mimpi yang memperlihatkan kepada kita bahwa ketidaksadaran menggunakan simbol-simbol tertentu, khususnya untuk menggambarkan kompleks-kompleks seksual.
2.      Analisis resistensi, yang menjadi dasar teori psikoanalitik dan berhubungan dengan kekuatan-kekuatan yang telah menimbulkan represi.
3.      Analisis transferensi, yang merupakan peralihan pada penyakit menuju kesehatan.
4.      Interpretasi dengan tujuan memecahkan masalah-masalah emosional yang utama pada masa kanak-kanak.

Dengan metode-metode ini, hal-hal yang ditekan ke dalam ketidaksadaran dibawa pada tingkat kesadaran, diselidiki dan ditafsirkan dalam hubungan dengan simtom-simtomnya, konsep dirinya, dan hubungannya dengan orang lain.

Daftar Pustaka

Bertens, K. Psikoanalisis Sigmun Freud. Jakarta: Gramedia
Feist, Jess. Feist, Gregory. (2010). Teori Kepribadian (Tehories of Personality) Buku 1. Jakarta: Salemba
 Semiun, Yustinus. (2006). Teori Kepribadian dan Terapi Psikoanalitik Freud. Yogyakarta: Kanisius