Jumat, 21 Juni 2013

Penerapan Ilmu Alamiah Dasar Pada Ilmu Psikologi

Yang pertama akan dibahas adalah matematika. Matematika mempelajari hal-hal yang ada, matematika tidak akan sanggup mengkaji tentang hal-hal yang tidak pernah ada. Tetapi perlu diingat bahwa matematika dapat “meramal” yang akan terjadi, tapi matematika tidak menggunakan “ilmu gaib”, melainkan matematika menggunakan pengalaman yang pernah terjadi kemudian merumuskannya ke dalam sebuah “formula” dan akhirnya matematika bisa atau mampu meramal sesuatu yang akan terjadi dengan pertimbangan logika yang dimiliki manusia, bukan meramal dengan cara mistis yang tidak masuk dalam logika berpikir manusia. Jadi matematika adalah ilmu logika yang dapat berhitung, menganalisa dan bahkan meramal.

Matematika digunakan di seluruh dunia sebagai alat penting di berbagai bidang, termasuk ilmu alam, teknik, kedokteran/medis, danilmu sosial seperti ekonomi, dan psikologi. Matematika terapan, cabang matematika yang melingkupi penerapan pengetahuan matematika ke bidang-bidang lain, mengilhami dan membuat penggunaan temuan-temuan matematika baru, dan kadang-kadang mengarah pada pengembangan disiplin-disiplin ilmu yang sepenuhnya baru, seperti statistika dan teori permainan.

 Matematika dengan psikologi saling berkaitan. Contohnya dalam penerapan ilmu statistika dan kuesioner, kemudian pada tes IQ juga menggunakan rumus matematika dalam memberikan hasilnya. Tes-tes dalam psikologi juga dapat dibuktikan dalam penalaran ilmu matematika.

Statistika merupakan ilmu yang mempelajari bagiamana cara merencanakan, mengumpulkan, menganalisis, dan mempresentasikan data. Statistika merupakan ilmu yang banyak diterapkan dalam berbagai disiplin ilmu, baik itu sosial maupun ilmu yang harus diterapkan untuk mengetahui manusia tersebut, dari berbagai sudut pandang pada psikologi.

Dalam praktek-praktek atau tes-tes psikologi seperti psikotes statistika juga digunakan untuk melihat hasil dalam bentuk angka . Statistika juga merupakan hitungan untuk mendapatkan kuantitatif dalam membuat skala psikologi setelah melakukan tes psikologi hasil yang didapat setelah tes, diakumulasikan dengan sebelum tes.
       
Contoh lain keterkaitan aplikasi matematika dengan psikologi  ,dan materi-materi yang ada didalam bidang matematika yang berhubungan dengan psikologi yaitu:
1.      Berhitung Cepat, biasa dipelajari dalam bidang matematika ,tetapi juga berguna dalam psikologi ,yang bertujuan untuk mengukur kemampuan akurasi,kalkulasi dan estimasi seseorang.Selain itu, bisa juga untuk mengukur ketelitian serta ketahanan berpikir seseorang yg terkait dengan kinerja seseorang .kadang yang dipergunakan dalam berhitung cepat adalah seperti penjumlahan, pengurangan, pembagian, dan perkalian.
2.      Deret Angka, adalah susunan angka atau huruf yang memiliki pola tertentu. Deret angka pun dipelajari dalam matematika tapi juga berhubungan dengan psikologi dan bisa dipelajari .deret angka disini digunakan untuk mengetahui daya ingat dan ketelitian seseorang.
3.      Gambar yang menggunakan bangun-bangun yg terdapat dimatematika. Seperti lingkaran, segitiga, kotak, kubus, balok dll. Mempelajari gambar disini bertujuan untukmengukur kemampuan seseorang yang berhubungan dengan bentuk bentuk, gambar-gambar, atau simbol-simbol untuk menekankan pada sistematika  berpikir logis dan ketahanan berpikir.
4.      Matematika berpola, digunakan untuk menguji kemampuan berhitung dengan pola tertentu melalui angka-angka pada gambar/bentuk tertentu
5.      Statistik utuk mengukur  daya fikir,keseimbangan berpikir, daya ingat serta ketelitian seseorang.

Matematika juga penting dalam tes tes psikologi, seperti tes intelegensi, tes IQ, tes bakat atau bakat skolastik dan psikotes untuk melamar pekerjaan serta tes psikotes dalam PNS

Dalam Ilmu Psikologi, ilmu Kimia dan Fisika sangat berpengaruh dalam cabang ilmu ini. Bahkan ilmu Kimia dan Fisika memberikan cabang ilmu lain dalam psikologi yaitu, Psikofisika dan Neurokemis Perilaku.

            Pengukuran adalah hal yang sangat penting untuk mengukur keadaan jiwa seseorang. Meskipun pengukuran fisika hanya sekedar pengukuran berat badan, tinggi badan, suhu tubuh yang dihubungkan dengan kondisi jiwa seseorang. Karena itu, dalam Psikologi tidak ada pendekatan tunggal dalam pengukuran, semua bersifat relatif.

Pengukuran dalam Psikologi umumnya didasarkan pada sample perilaku yang jumlahnya terbatas dan pasti ada kesalahan. Sehingga, hasilnya tidak dapat didefisnisikan dengan baik.Psikofisika dianggap suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari hubungan kuantitatif antara kejadian-kejadian fisik dan kejadian-kejadian psikologis. Dalam arti luas yang dipelajari adalah Satu kajian yang menghubungkan sifat-sifat fisik stimulus dengan pengalaman seseorang terhadap
stimulus tersebut. 

Psikofisika berhubungan dengan ilusi. Dalam psikofisika modern, kontribusi Thurstone mengenai “low of comparative judgment” merupakan model yang sangat berharga bagi pengembangan skala-sakala psikologi yang lebih kemudian. Aplikasinya langsung adalah penerapan metode perbandingan-pasangan (paired-comparison).

Neurokemis Perilaku adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari perilaku seseorang dengan mempelajari kadar-kadar kimiawi dalam tubuh seseorang. yaitu gejala ketidak normalan pada neurotransmiters (atau pesan yang bersifat khusus yang bertanggung jawab pada komunikasi antara sel-sel syaraf). Karena keadaan psikis seseorang dapat dipengaruhi juga oleh zat kimia dalam sistem saraf seseorang.

Seperti misalnya seseorang yang schizofernia yang disebabkan karena ketidakseimbangan kadar Dopamin di dalam otak. Atau seperti anak yang autis disarankan mengkonsumsi obat-obatan seperti Serotonin dan Dopamin. Jadi, Ilmu Fisika dan Kimia juga memiliki peranan yang penting dan memberikan konstribusi yang berarti untuk Ilmu Psikologi sendiri.

 Biologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang kehidupan, semua benda yang hidup menjadi obyek biologi, dan cukup banyak ilmu-ilmu yang tergabung didalamnya. Baik psikologi dan biologi sama-sama membicarakan manusia. Sekalipun masing-masing ilmu tersebut meninjau dari sudut yang berlainan, namun dari segi-segi tertentu kedua ilmu itu ada titik-titik pertemuan. 

 Pada Metodologi Eksperimental, biasanya dilakukan di dalam laboratorium dengan mengadakan berbagai eksperimen. Peneliti mempunyai control sepenuhnya terhadap jalannya suatu eksperimen, yaitu menentukan akan melakukan apa pada sesuatu yang akan diteliti, dsb. Pada metode ini, sifat subjektivitas dari metode instrospeksi akan dapat diatasi.

 Biologi maupun psikologi mempelajari perihal proses-proses kejiwaan. Seperti telah dikemukakan diatas, bahwa disamping adanya hal yang sama-sama dipelajari oleh kedua ilmi tersebut, misalnya soal keturunan. Ditinjau dari segi biologi adalah hal yang berhubungan dengan aspek-aspek kehidupan yang turun temurun dari suatu generasi ke generasi lain.

                Soal keturunan juga dibahas oleh psikologi, misalnya tentang sifat, intelegensi, dan bakat. Karena itu kurang sempurna kalau kita mempelajari psikologi tanpa mempelajari biologi. Baik biologi maupun psikologi sama-sama membicarakan manusia, pada segi-segi tertentu kedua ilmu ini ada titik pertemuan . misalnya soal keturunan, sifat,intelegensi, bakat, dll.

   Penerapan studi psikologi faal merupakan pengabungan dari dua ilmu yaitu ilmu psikologi yang mempelajari watak manusia dan ilmu faal yang mempelajari tentang fungsi dan cara kerja organ tubuh. Sehingga bisa disimpulkan bahwa ilmu psikologi faal adalah suatu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan fungsi kerja organ – organ dalam tubuh manusia.

Misalnya mempelajari bagaimana otot seseorang akan bekerja ketika orang tersebut sedang meluapkan rasa marah, senang atau sedih. Karena itulah dalam konsentrasi studi psikologi faal lebih menitik beratkan kepada pengaruh kondisi biologis atau faali seseorang terhadap perilaku atau tindakan orang tersebut.

Ilmu psikologi faal sendiri telah dikembangkan sebagao cabang ilmu tersendiri yang disebut dengan ilmu biopsi. Yaitu suatu ilmu yang bertujuan untuk memahami perilaku seseorang berdasarkan aspek psikologisnya. Oleh karen itulah dalam mempelajari psikologi faal kita juga perlu memahami anatomi organ – organ tubuh. Sehingga kita tidak hanya akan mempelajari fungsi dan cara kerja organ tubuh tapi juga mengenal susunan anatomi tubuh.

Menurut fungsinya, organ – organ tubuh bisa dibagi menjadi 4 golongan yaitu organ yang berfungsi untuk pertukaran zat, reproduksi, gerak dan koordinasi. Perkembangan ilmu psikologi faal muncul pada era abad ke – 19 seiring berkembangnya ilmu alam (natural science). Di mana pada masa itu pemikiran tentang manusia terus berkembang.

Sehingga sering dilakukan pengekploitasi tentang fisiologis manusia yang didasarkan pada pengalaman yang didapat dari percobaan dan pengalaman para pakar. Pada masa itu, riset yang dilakukan oleh para ahli meliputi tentang aktivas yang terjadi pada saraf, sensasi/penginderaan dan juga fisiologis otak. Hasil penelitian tersebut kemudian membawa para ahli psikologi untuk lebih memahami mental seseorang. Sehingga lebih menjelaskan hubungan antara kedokteran dan psikiatri.

Biologi mempelajari kehidupan jasmaniah manusia atau hewan, yang bila dilihat dari objek materialnya, terdapat bidang yang sama dengan psikologis, hanya saja objek formalnya berbeda. Objek formal biologi adalah kehidupan jasmaniah (fisik), sedangkan objek formal psikologi adalah kegiatan atau tingkah laku manusia.

            Menurut Bonner (dalam Sarwono, 1997:17), perbedaan psikologi dan biologi adalah sebagai berikut. Psikologi merupakan ilmu yang subjektif, sedangkan biologi adalah ilmu yang objektif. Psikologi disebut ilmu subjektif karena mempelajari pengindraan (sensation) dan persepsi manusia sehingga manusia dianggap sebagai subjek atau perilaku, bukan objek. Sebaliknya, biologi mempelajari manusia sebagai jasad atau objek.

Jadi, perbedaan selanjutnya antara psikologi dan biologi adalah psikologi mempelajari nilai-nilai yang berkembang dari persepsi subjek, sementara biologi mempelajari fakta yang dipelajari perilaku secara “molar” (perilaku penyesuaian diri secara menyeluruh), sementara biologi (termasuk ilmu faal) mempelajari perilaku manusia secara “molekular”, yaitu mempelajari molekul-molekul (bagian-bagian) dari perilaku berupa gerakan, reflex, proses ketumbuhan, dan sebagainya.

Gagasan dialektika Hegel telah merasuk dalam ruh-ruh filsafat modern dan kontemporer, bahkan dengan tidak ragu-ragu, para filsuf Modern dan kontemporer melakukan “praktik” sinkretisme terhadap dialektika yang sangat idealis, contoh dalam ranah rasional, ataupun ranah positiv dan eksistensial, sinkretisme terhadap dialektika telah masuk dalam relung-relung peradaban yang dihasilkan filsafat itu sendiri.

Demikian pula dalam dunia Biologi. Ada ilmuwan genetika berpendapat bahwa kecerdasan itu 50% gen, 50% lingkungan. Ada juga ahli psikoanalisa yang berpendapat bahwa kecerdasan itu 100% lingkungan yang didapat dan terekam lalu terepresi dalam alam bawah sadar individu, ada juga neurolog yang berpendapat 100% gen karena terdapat beberapa sel-sel syaraf yang membawa gen-gen informasi kecil yang resesif, dan bahkan ada yang bilang 100% gen-lingkungan.

Dalam ranah filsafat, perdebatan semacam ini dikenal dengan istilah “nature-nurture“. Ada tiga mazhab filsafat biologi yang memperdebatkan masalah ini: Sintesis Modern, Tesis Paritas, dan Interaksionisme.
                                                                                                                    
Sintesis Modern memandang gen adalah segalanya, ia disebut juga genosentrisme. Tanpa gen, seberapapun kuat lingkungan, ia tidak berpengaruh. Seberapapun diajarkan, kalau gennya tidak mendukung, ia tetap bodoh. Itu kata Sintesis Modern, pihak yang mengatakan kalau kecerdasan itu 100% gen.

Tesis Paritas mengatakan kalau gen dan lingkungan tidak dapat dipisahkan. Dialah pihak yang mengatakan kalau kecerdasan itu 100% gen-lingkungan. Teori Sistem Perkembangan mendahului Tesis Paritas dalam usahanya menawarkan alternatif menyeluruh atas Sintesis Modern dengan menghadapi berbagai tantangannya dan menawarkan kerangka konseptual yang baru.

Formulasi dominan mengenai Tesis Paritas menyatakan kalau kita tidak dapat secara prinsip membedakan antara ciri berbasis nature(yaitu berbasis gen) dan berbasis nurture (yaitu berbasis lingkungan) dalam perkembangan mahluk hidup karena informasi yang dibutuhkan untuk karakteristik yang dihasilkan terkandung baik dalam lingkungan maupun gen. Karenanya, gen (yaitu molekul DNA) hanyalah bagian dari proses perkembangan, dan dikotomi nature/nurture runtuh karena “nature” mewakili fenotipe perkembangan, bukannya determinan sebab akibat.

Fenotipe hanyalah bagian dari konstruksi perkembangan. Karenanya, informasi genetika tidak pernah dikirim dari satu molekul master dalam nutfah terisolasi namun selalu di konstruksi ulang dalam perkembangan, dan tugas ahli biologi adalah memecahkan sandi ontogeni informasi demikian. Dengan kata lain, evolusi adalah “sebuah perubahan dalam distribusi dan konstitusi sistem perkembangan (organisme-lingkungan), bukan semata perubahan dalam frekuensi gen sebagaimana dinyatakan oleh genosentrisme yang berbasis Sintesis Modern.

Interaksionisme seperti telah dibahas di atas, mengatakan kalau gen dan lingkungan saling berinteraksi, keduanya dapat dipisahkan, mungkin 50% gen 50% lingkungan. Ada juga yang mendukung minoritas yaitu 100% lingkungan, tetapi mazhab ini telah berhasil dijamah sains dan tidak mampu berdiri kokoh, walaupun memang ada organisme yang 100% gennya tidak berperan untuk perkembangannya. Organisme itu adalah siliata.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa ilmu alamiah dasar (IAD) juga diterapkan pada ilmu psikologi.

Nama      : Tsuraya Farah Khansa W.
NPM        : 17512491
Kelas       : 1PA05