Yang pertama akan
dibahas adalah matematika. Matematika
mempelajari hal-hal yang ada, matematika tidak akan sanggup mengkaji tentang
hal-hal yang tidak pernah ada. Tetapi perlu diingat bahwa matematika dapat
“meramal” yang akan terjadi, tapi matematika tidak menggunakan “ilmu gaib”,
melainkan matematika menggunakan pengalaman yang pernah terjadi kemudian merumuskannya
ke dalam sebuah “formula” dan akhirnya matematika bisa atau mampu meramal
sesuatu yang akan terjadi dengan pertimbangan logika yang dimiliki manusia,
bukan meramal dengan cara mistis yang tidak masuk dalam logika berpikir
manusia. Jadi matematika adalah ilmu logika yang dapat berhitung, menganalisa
dan bahkan meramal.
Matematika
digunakan di seluruh dunia sebagai alat penting di berbagai bidang,
termasuk ilmu alam, teknik, kedokteran/medis, danilmu
sosial seperti ekonomi, dan psikologi. Matematika terapan,
cabang matematika yang melingkupi penerapan pengetahuan matematika ke
bidang-bidang lain, mengilhami dan membuat penggunaan temuan-temuan matematika
baru, dan kadang-kadang mengarah pada pengembangan disiplin-disiplin ilmu yang
sepenuhnya baru, seperti statistika dan teori permainan.
Matematika
dengan psikologi saling berkaitan. Contohnya dalam penerapan ilmu statistika
dan kuesioner, kemudian pada tes IQ juga menggunakan rumus matematika dalam
memberikan hasilnya. Tes-tes dalam psikologi juga dapat dibuktikan dalam
penalaran ilmu matematika.
Statistika
merupakan ilmu yang mempelajari bagiamana cara merencanakan, mengumpulkan,
menganalisis, dan mempresentasikan data. Statistika merupakan ilmu yang banyak
diterapkan dalam berbagai disiplin ilmu, baik itu sosial maupun ilmu yang harus
diterapkan untuk mengetahui manusia tersebut, dari berbagai sudut pandang pada
psikologi.
Dalam
praktek-praktek atau tes-tes psikologi seperti psikotes statistika juga
digunakan untuk melihat hasil dalam bentuk angka . Statistika juga merupakan
hitungan untuk mendapatkan kuantitatif dalam membuat skala psikologi setelah
melakukan tes psikologi hasil yang didapat setelah tes, diakumulasikan dengan
sebelum tes.
Contoh lain
keterkaitan aplikasi matematika dengan psikologi ,dan materi-materi
yang ada didalam bidang matematika yang berhubungan dengan psikologi yaitu:
1. Berhitung Cepat, biasa dipelajari
dalam bidang matematika ,tetapi juga berguna dalam psikologi ,yang bertujuan
untuk mengukur kemampuan akurasi,kalkulasi dan estimasi seseorang.Selain itu,
bisa juga untuk mengukur ketelitian serta ketahanan berpikir seseorang yg
terkait dengan kinerja seseorang .kadang yang dipergunakan dalam berhitung
cepat adalah seperti penjumlahan, pengurangan, pembagian, dan perkalian.
2. Deret
Angka, adalah susunan angka atau huruf yang memiliki pola tertentu. Deret angka
pun dipelajari dalam matematika tapi juga berhubungan dengan psikologi dan bisa
dipelajari .deret angka disini digunakan untuk mengetahui daya ingat dan ketelitian
seseorang.
3. Gambar
yang menggunakan bangun-bangun yg terdapat dimatematika. Seperti lingkaran,
segitiga, kotak, kubus, balok dll. Mempelajari gambar disini bertujuan
untukmengukur kemampuan seseorang yang berhubungan dengan bentuk bentuk, gambar-gambar,
atau simbol-simbol untuk menekankan pada sistematika berpikir logis
dan ketahanan berpikir.
4. Matematika
berpola, digunakan untuk menguji kemampuan berhitung dengan pola tertentu
melalui angka-angka pada gambar/bentuk tertentu
5. Statistik
utuk mengukur daya fikir,keseimbangan berpikir, daya ingat serta
ketelitian seseorang.
Matematika juga
penting dalam tes tes psikologi, seperti tes intelegensi, tes IQ, tes bakat
atau bakat skolastik dan psikotes untuk melamar pekerjaan serta tes psikotes
dalam PNS
Dalam Ilmu
Psikologi, ilmu Kimia dan Fisika sangat berpengaruh dalam cabang ilmu ini.
Bahkan ilmu Kimia dan Fisika memberikan cabang ilmu lain dalam psikologi yaitu,
Psikofisika dan Neurokemis Perilaku.
Pengukuran adalah hal yang sangat penting untuk mengukur keadaan jiwa seseorang. Meskipun pengukuran fisika hanya sekedar pengukuran berat badan, tinggi badan, suhu tubuh yang dihubungkan dengan kondisi jiwa seseorang. Karena itu, dalam Psikologi tidak ada pendekatan tunggal dalam pengukuran, semua bersifat relatif.
Pengukuran adalah hal yang sangat penting untuk mengukur keadaan jiwa seseorang. Meskipun pengukuran fisika hanya sekedar pengukuran berat badan, tinggi badan, suhu tubuh yang dihubungkan dengan kondisi jiwa seseorang. Karena itu, dalam Psikologi tidak ada pendekatan tunggal dalam pengukuran, semua bersifat relatif.
Pengukuran dalam
Psikologi umumnya didasarkan pada sample perilaku yang jumlahnya terbatas dan
pasti ada kesalahan. Sehingga, hasilnya tidak dapat didefisnisikan dengan
baik.Psikofisika dianggap suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari hubungan
kuantitatif antara kejadian-kejadian fisik dan kejadian-kejadian psikologis.
Dalam arti luas yang dipelajari adalah Satu
kajian yang menghubungkan sifat-sifat fisik stimulus
dengan pengalaman seseorang terhadap
stimulus tersebut.
stimulus tersebut.
Psikofisika
berhubungan dengan ilusi. Dalam psikofisika modern, kontribusi Thurstone
mengenai “low of comparative judgment” merupakan model yang sangat berharga
bagi pengembangan skala-sakala psikologi yang lebih kemudian. Aplikasinya
langsung adalah penerapan metode perbandingan-pasangan (paired-comparison).
Neurokemis
Perilaku adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari perilaku seseorang
dengan mempelajari kadar-kadar kimiawi dalam tubuh seseorang. yaitu gejala ketidak normalan pada
neurotransmiters (atau pesan yang bersifat khusus yang bertanggung jawab pada
komunikasi antara sel-sel syaraf). Karena
keadaan psikis seseorang dapat dipengaruhi juga oleh zat kimia dalam sistem
saraf seseorang.
Seperti misalnya
seseorang yang schizofernia yang disebabkan karena ketidakseimbangan kadar
Dopamin di dalam otak. Atau
seperti anak yang autis disarankan mengkonsumsi obat-obatan seperti Serotonin
dan Dopamin. Jadi, Ilmu Fisika
dan Kimia juga memiliki peranan yang penting dan memberikan konstribusi yang
berarti untuk Ilmu Psikologi sendiri.
Biologi
sebagai ilmu yang mempelajari tentang kehidupan, semua benda yang hidup menjadi
obyek biologi, dan cukup banyak ilmu-ilmu yang tergabung didalamnya. Baik psikologi
dan biologi sama-sama membicarakan manusia. Sekalipun masing-masing ilmu
tersebut meninjau dari sudut yang berlainan, namun dari segi-segi tertentu
kedua ilmu itu ada titik-titik pertemuan.
Pada
Metodologi Eksperimental, biasanya dilakukan di dalam laboratorium dengan
mengadakan berbagai eksperimen. Peneliti mempunyai control sepenuhnya terhadap
jalannya suatu eksperimen, yaitu menentukan akan melakukan apa pada sesuatu
yang akan diteliti, dsb. Pada metode ini, sifat subjektivitas dari metode instrospeksi
akan dapat diatasi.
Biologi
maupun psikologi mempelajari perihal proses-proses kejiwaan. Seperti telah
dikemukakan diatas, bahwa disamping adanya hal yang sama-sama dipelajari oleh
kedua ilmi tersebut, misalnya soal keturunan. Ditinjau dari segi biologi adalah
hal yang berhubungan dengan aspek-aspek kehidupan yang turun temurun dari suatu
generasi ke generasi lain.
Soal keturunan juga dibahas oleh psikologi, misalnya tentang sifat, intelegensi, dan bakat. Karena itu kurang sempurna kalau kita mempelajari psikologi tanpa mempelajari biologi. Baik biologi maupun psikologi sama-sama membicarakan manusia, pada segi-segi tertentu kedua ilmu ini ada titik pertemuan . misalnya soal keturunan, sifat,intelegensi, bakat, dll.
Penerapan
studi psikologi faal merupakan pengabungan dari dua ilmu yaitu ilmu psikologi yang mempelajari watak
manusia dan ilmu faal yang mempelajari tentang fungsi dan cara kerja organ
tubuh. Sehingga bisa disimpulkan
bahwa ilmu psikologi faal adalah suatu ilmu yang mempelajari perilaku manusia
dalam kaitannya dengan fungsi kerja organ – organ dalam tubuh manusia.
Misalnya
mempelajari bagaimana otot seseorang akan bekerja ketika orang tersebut sedang
meluapkan rasa marah, senang atau sedih. Karena itulah dalam konsentrasi studi
psikologi faal lebih menitik beratkan kepada pengaruh kondisi biologis atau
faali seseorang terhadap perilaku atau tindakan orang tersebut.
Ilmu psikologi
faal sendiri telah dikembangkan sebagao cabang ilmu tersendiri yang disebut
dengan ilmu biopsi. Yaitu suatu ilmu yang bertujuan untuk memahami perilaku
seseorang berdasarkan aspek psikologisnya. Oleh karen itulah dalam mempelajari
psikologi faal kita juga perlu memahami anatomi organ – organ tubuh. Sehingga
kita tidak hanya akan mempelajari fungsi dan cara kerja organ tubuh tapi juga
mengenal susunan anatomi tubuh.
Menurut fungsinya,
organ – organ tubuh bisa dibagi menjadi 4 golongan yaitu organ yang berfungsi
untuk pertukaran zat, reproduksi, gerak dan koordinasi. Perkembangan ilmu psikologi faal
muncul pada era abad ke – 19 seiring berkembangnya ilmu alam (natural science).
Di mana pada masa itu pemikiran tentang manusia terus berkembang.
Sehingga sering
dilakukan pengekploitasi tentang fisiologis manusia yang didasarkan pada pengalaman
yang didapat dari percobaan dan pengalaman para pakar. Pada masa itu, riset
yang dilakukan oleh para ahli meliputi tentang aktivas yang terjadi pada saraf,
sensasi/penginderaan dan juga fisiologis otak. Hasil penelitian tersebut
kemudian membawa para ahli psikologi untuk lebih memahami mental seseorang.
Sehingga lebih menjelaskan hubungan antara kedokteran dan psikiatri.
Biologi
mempelajari kehidupan jasmaniah manusia atau hewan, yang bila dilihat dari
objek materialnya, terdapat bidang yang sama dengan psikologis, hanya saja
objek formalnya berbeda. Objek formal biologi adalah kehidupan jasmaniah
(fisik), sedangkan objek formal psikologi adalah kegiatan atau tingkah laku
manusia.
Menurut Bonner (dalam Sarwono, 1997:17), perbedaan psikologi dan biologi adalah
sebagai berikut. Psikologi merupakan ilmu yang subjektif, sedangkan biologi
adalah ilmu yang objektif. Psikologi disebut ilmu subjektif karena mempelajari
pengindraan (sensation) dan persepsi manusia sehingga manusia dianggap
sebagai subjek atau perilaku, bukan objek. Sebaliknya, biologi mempelajari
manusia sebagai jasad atau objek.
Jadi, perbedaan
selanjutnya antara psikologi dan biologi adalah psikologi mempelajari
nilai-nilai yang berkembang dari persepsi subjek, sementara biologi mempelajari
fakta yang dipelajari perilaku secara “molar” (perilaku penyesuaian diri secara
menyeluruh), sementara biologi (termasuk ilmu faal) mempelajari perilaku
manusia secara “molekular”, yaitu mempelajari molekul-molekul (bagian-bagian)
dari perilaku berupa gerakan, reflex, proses ketumbuhan, dan sebagainya.
Gagasan dialektika
Hegel telah merasuk dalam ruh-ruh filsafat modern dan kontemporer, bahkan
dengan tidak ragu-ragu, para filsuf Modern dan kontemporer melakukan “praktik”
sinkretisme terhadap dialektika yang sangat idealis, contoh dalam ranah
rasional, ataupun ranah positiv dan eksistensial, sinkretisme terhadap
dialektika telah masuk dalam relung-relung peradaban yang dihasilkan filsafat
itu sendiri.
Demikian pula
dalam dunia Biologi. Ada ilmuwan genetika berpendapat bahwa kecerdasan itu 50%
gen, 50% lingkungan. Ada juga ahli psikoanalisa yang berpendapat bahwa
kecerdasan itu 100% lingkungan yang didapat dan terekam lalu terepresi dalam
alam bawah sadar individu, ada juga neurolog yang berpendapat 100% gen karena
terdapat beberapa sel-sel syaraf yang membawa gen-gen informasi kecil yang
resesif, dan bahkan ada yang bilang 100% gen-lingkungan.
Dalam ranah
filsafat, perdebatan semacam ini dikenal dengan istilah “nature-nurture“.
Ada tiga mazhab filsafat biologi yang memperdebatkan masalah ini: Sintesis
Modern, Tesis Paritas, dan Interaksionisme.
Sintesis
Modern memandang gen adalah segalanya, ia disebut juga
genosentrisme. Tanpa gen, seberapapun kuat lingkungan, ia tidak berpengaruh.
Seberapapun diajarkan, kalau gennya tidak mendukung, ia tetap bodoh. Itu kata
Sintesis Modern, pihak yang mengatakan kalau kecerdasan itu 100% gen.
Tesis
Paritas mengatakan kalau gen dan lingkungan tidak dapat
dipisahkan. Dialah pihak yang mengatakan kalau kecerdasan itu 100%
gen-lingkungan. Teori Sistem Perkembangan mendahului Tesis Paritas dalam
usahanya menawarkan alternatif menyeluruh atas Sintesis Modern dengan
menghadapi berbagai tantangannya dan menawarkan kerangka konseptual yang baru.
Formulasi dominan
mengenai Tesis Paritas menyatakan kalau kita tidak dapat secara
prinsip membedakan antara ciri berbasis nature(yaitu
berbasis gen) dan berbasis nurture (yaitu berbasis
lingkungan) dalam perkembangan mahluk hidup karena informasi yang dibutuhkan
untuk karakteristik yang dihasilkan terkandung baik dalam lingkungan maupun
gen. Karenanya, gen (yaitu molekul DNA) hanyalah bagian dari proses
perkembangan, dan dikotomi nature/nurture runtuh karena “nature” mewakili fenotipe
perkembangan, bukannya determinan sebab akibat.
Fenotipe hanyalah
bagian dari konstruksi perkembangan. Karenanya, informasi genetika tidak pernah
dikirim dari satu molekul master dalam nutfah terisolasi namun selalu di
konstruksi ulang dalam perkembangan, dan tugas ahli biologi adalah memecahkan
sandi ontogeni informasi demikian. Dengan kata lain, evolusi
adalah “sebuah perubahan dalam distribusi dan konstitusi sistem perkembangan
(organisme-lingkungan), bukan semata perubahan dalam frekuensi gen sebagaimana
dinyatakan oleh genosentrisme yang berbasis Sintesis Modern.
Interaksionisme seperti
telah dibahas di atas, mengatakan kalau gen dan lingkungan saling berinteraksi,
keduanya dapat dipisahkan, mungkin 50% gen 50% lingkungan. Ada juga yang
mendukung minoritas yaitu 100% lingkungan, tetapi mazhab ini telah berhasil
dijamah sains dan tidak mampu berdiri kokoh, walaupun memang ada organisme yang
100% gennya tidak berperan untuk perkembangannya. Organisme itu adalah siliata.
Dari penjelasan
diatas dapat disimpulkan bahwa ilmu alamiah dasar (IAD) juga diterapkan pada
ilmu psikologi.
Nama
: Tsuraya Farah Khansa W.
NPM
: 17512491
Kelas
: 1PA05